ENIGMA3: INSPIRASI DARI PAPUA

Belum kusampaikan nasehat dari seorang Bunda yang telah belasan tahun mengabdikan diri di pedalaman Papua.
Belum juga ku ceritakan kisah dari Pak Ipin tentang sebuah sekolah di pedalaman Papua sana dengan visi “Memanusiakan Manusia Sederhana

'Kurang' semakna dengan 'sedikit'. Kurang sepuluh menit lagi jam akan menunjukan pukul sebelas malam, minyak lampu pelita yang biasa menemaniku menulis tersisa beberapa mili. Telah beberapa bulan aku lewatkan untuk membagi ‘sedikit kemampuan yang kumiliki’ di tempat serba kurang ini, kurang pendidikan, kurang pembangunan, kurang transportasi, kurang informasi, kurang sinyal, kurang listrik, kurang segalanya. Naif untuk aku menilai diri bahwa kehadiranku disini telah aku dedikasikan untuk mengabdi tulus, walau seharusnya seperti itu, karena kenyataanya aku terus mengeluh dengan segala ini itu yang terasa tak sejalan dengan ekspektasiku. Terasa kurang.

Terfokus pada aspek pendidikan, yang jadi target prioritas penugasanku dan kawan-kawan seperguruan disini, masih banyak yang belum aku tuntaskan. Kurangnya sarana belajar seperti ruang kelas, yang ada juga banyak yang reot daripada laiknya, kurangnya tenaga pendidik, kurangnya fasilitas media belajar dan buku sumber referensi belajar bagi siswa. Apa yang baiknya aku lakukan dalam keadaan serba kurang ini. Kurang besarkah kiatku untuk berdampak pada pendidikan adik-adik ini. Apa yang akan terjadi bila nanti mereka tidak bisa naik kelas karena pengetahuannya tak sesuai SKL, atau tidak lulus UN karena tak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan standar murid perkotaan?

Wejangan dari manusia-manusia hebat
Nasehat dari Papua. Kusebut dengan nama Bunda, perempuan perkasa ini telah belasan tahun mengabdikan diri di pedalaman Papua. Beberapa pekan lalu saya menuliskan sesuatu di beranda facebook, membaca keluhanku, dia kemudian memberikan komentar berisi nasehat. Terimakasih yang tak terhingga atas nasehatnya yang super bunda. “Keberadaanmu disana jangan memupuskan asa anak-anak itu. Bersabar, kenalkan kepada mereka dunia luar yang belum mereka jamah!“ kira-kira seperti itulah pesan luar biasa yang mengilhamiku. Betul apa katanya, tak bisa saya paksakan ketegasanku ditempat ini. Sekeras apapun ketegasan itu, tidak sampai hati jika harus melihat adik-adik ini berhenti bersekolah karena tinggal kelas; atau berhenti belajar karena usia yang diatas normal; atau mengatai mereka ‘dungu’ karena belum berkesempatan mengetahui apa yang aku ketahui. Seharusnya untuk itulah aku berada disini. Mengenalkan dunia.

Juga seorang sahabat seperguruan, Abrar Tomanurung memberikan sebuah petuah, “Beda lawan beda jurus” Sebisa mungkin temukan langkah jitu untuk membantu pendidikan adik-adik disini. Subyek pendidikan di tempat ini bukanlah anak perkotaan yang melek dunia teknologi informasi, tapi mereka adalah anak-anak yang lahir di lembah terisolir di bantaran hulu sungai Mahakam. Jurus itu tidak mandek harus metode atau teknik mengajar yang wow, karena dengan metode apapun hasilnya tetap hampir akan stagnant. Yang terpenting adalah memberikan dasar berdiri. Membiaskan target, tidak mesti mengajarkan hal-hal yang begitu sophisticated berdasarkan tuntutan kurikulum, instead of basic information tapi hal-hal dasar yang sifatnya membangun fondasi pengetahuan. Karena tanpa dasar, mereka akan kesulitan memahami pelajaran yang lebih kompleks. Kita perkenalkan siapa nama presiden kita, mengenalkan cara berhitung yang benar, mengenalkan berbagai kosa kata Bahasa Indonesia, belajar mengucapkan kata 'They' yang tepat, dan lain sebagainya. Thanks bro.

Teringat pula kisah pak Ipin, nama lengkapnya Nuzulul Arifin, S.Pd rekan guru di sekolah lokasi penempatanku. Dahulu dia juga merupakan peserta SM3T yang ditugaskan pada sebuah sekolah di pedalaman Papua. Awal masuk kantor sekolah, dia terpaku menatap sebuah papan yang menunjukan visi sekolah tersebut, “Memanusiakan Manusia Sederhana”. Tak semuluk syair pujangga, dengan tiga buah kata itu saja cukup menggambarkan begitu tertinggalnya segala aspek kehidupan di tempat tersebut. Intinya ialah tak perlu merasa terkilau dan terpaku dengan manusia-manusia gadget diluar sana yang mungkin telah mendaratkan kakinya di Mars, biarlah kita rambas setapak disini untuk membuka jalan bagi anak-anak kampung dalam ini agar mereka bisa merabai keasingan dunia luar sana. Aku yakin sebuah masa akan tiba dimana Milang, Huring, Dasa, dan anak-anak lainnya dari Mahakam menyapaku, mungkin lewat televisi, mungkin lewat radio, internet atau media apapun, berpakaian perlente, seperti mereka selalu menyapaku dari jendela kelas kala menunggu aku memberikan pelajaran.
Berikan kesabaran dan keteguhan. Aku berdoa kepada Allah yang tak pernah tidur untuk selalu menjagaku agar tak ada lisan dan perbuatanku yang mungkin mengecilkan harapan adik-adikku ini, baik sadar ataupun tidak. Semoga mereka kelak jadi insan yang cerdas, bermanfaat untuk keluarga, masyarakat, nusa dan bangsa.

1 Response to "ENIGMA3: INSPIRASI DARI PAPUA"

  1. APA BILAH BERMINAT ANGKA TOGEL JITU DI JAMIN TEMBUS MULIA DARI ANGKA 2D,3D,4D,5D,6D,7D..HBG NO INI 085-256-133-981-MBAH SORE PASTI MEMBANTU

    ReplyDelete