KAKI MUNGIL DI JALAN BERLUMPUR

20 Februari 2017. Mengunjungi Ibu guru Fitri di SDN 007 Long Pakaq.

Cipratan air di jalan yang berlubang menyambut kedatanganku ke kampung ini. Terlihat anak-anak SD berlari-lari kecil, berlomba tak mau tertinggal di belakang. Karena saling dorong, beberapa anak celananya basah terkena percikan air yang terinjak. Dapat kulihat bekas-bekas lumpur menempel di kaki-kaki mungil yang telanjang tak beralas sepatu. Satu momen tak terlupa menyaksikan sendiri cerita tentang ibu guru Fitri bersama anak-anak Long Pakaq di pedalaman Kalimantan.

Tinggal di lereng-lereng Mahakam tanpa PLN, tanpa sinyal dan tanpa transportasi darat, keberadaan anak-anak ini betul-betul terisolir dari kemajuan dunia saat ini. Game yang mereka kenal ialah congklak, enggo, boy, dll, Permainan masa kecilku belasan tahun silam. Walau dengan keadaan yang serba tertinggal, mereka tetap antusias untuk ke sekolah. Anak-anak ini terlatih untuk berjalan kaki menyusuri bukit, terlatih untuk tidak minder dengan keadaan orang tua yang tak mampu membelikan alas kaki, terlatih untuk berlomba dengan bunyi bel pagi.

Hadir di sekolah setelah apel pagi, artinya siap mendengarkan pidato Ibu guru Fitri bermenit-menit. Lebih baik capek berlari daripada capek berdiri diceramahi karena terlambat. Pembiasaan kedisiplinan kepada anak itu penting, agar anak-anak ini nanti siap dengan keadaan dunia luar yang selalu berkerjaran dengan waktu. Begitu tutur Ibu guru Fitri suatu ketika.

Maka beruntunglah jika hari ini tidak terlambat, Ibu guru Fitri sudah berjanji akan mendongengkan kisah si Kancil dan Burung Gagak, kesukaan Paskalia dan teman-temannya. Tak masalah tapak mungil ini letih berlari menuruni bukit tiap hari, demi mengais ilmu. 

Kaki-kaki mungil, jangan lekas lelah untuk terus tersandung dan tersandung menyusuri setapak berlumpur. Tetaplah tegar untuk kembali berdiri melangkahkan kaki menguak tabir. Yakinkan diri bahwa suatu hari nanti engkaulah yang akan menggantikan Ibu guru Fitri mendongengkan adik-adikmu kelak agar mereka tahu perjuangan kaki-kaki mungilmu dulu yang tak ingin tertinggal untuk menimba ilmu.