GEMULAI MEMUDAR DI TEBING MAHAKAM

Beberapa pasang mata mencuri-curi pandang pada gadis di kursi nomor 6 di belakang kokpit. Pesawat Garuda dengan nomor penerbangan GA 623 melintasi selat Makassar membawa 54 peserta guru daerah terpencil yang akan ditugaskan di Kalimantan, salah satunya dia, Rezky Vanya Febiola Simatupang. Duduk diselingi gemulai manja tingkahnya ketika bercanda dengan penumpang lain di sisi kiri kanannya, memesona banyak pasang mata laki-laki di dalam kabin.

Kiki panggilannya, dari ayahnya yang berdarah Batak, dia warisi parasnya, sedang Ibunya yang berasal dari Jawa Barat mewariskan kelemah-lembutan khas Jawa. Lahir dan besar di kota Makassar dari keluarga yang cukup berada, hingga hidup terbiasa dengan segala ininya yang terpenuhi. Polesan blush on di wajah putihnya makin memancarkan kecantikan; kacamata aviator dan balutan pakaian modis ala gadis kotaan, serta tutur manja dan tingkah gemulai membuat orang-orang disekitarnya merasa nyesak untuk tidak menolehkan kepala meliriknya. Di pesawat itulah awal aku mengenalnya, sebelum diberangkatkan terpisah-pisah ke kampung nan terpencil.

Lima bulan bergelut di Mahakam, aku kembali berjumpa dengannya pada momen yang tak terencana, perahu katinting yang aku tumpangi mampir di kampung Lirung Ubing. Kiki menawarkan kopi di pondoknya.  Menuruti adat Dayak, maka su'leng (pamali) untuk diriku tidak mencicipinya.

Lapat-lapat otakku mencoba menggali kembali ingatan tentang gadis gemulai itu. Kuamati dirinya yang sedang bercerita panjang lebar didepanku saat ini, kucocokan dengan sosok lima bulan yang lalu, namun semua itu nampak kontradiktif dengan imej yang tertanam dalam skemataku. Polesan wajah yang luntur, kulit menggelap, pakaian kembang khas orang desa, dan gemulai tingkahnya itu telah memudar.

Lima bulan telah banyak mengikis aura kekotaan si Melati dari Batak. Tiap hari berlulurkan pasir Mahakam yang menggarami tubuhmu saat mencuci pakaian di sungai, kini kulitmu bukan lagi kulit dara kota yang mulus nan cerah itu. Peluh yang mengembun di dahimu menampakan keletihan pagi siang malam yang kau sisihkan untuk membagikan ilmu untuk anak-anak kampung ini, telah melunturkan polesan-polesan kosmetik di wajahmu. Bahkan dapat kupastikan beberapa kilo dari timbanganmu berkurang, mungkin karena seringnya engkau berlatih di balik bukit-bukit belakang sana tempatmu mengumpulkan sayur mayur.

Kini engkau bukan lagi dara gemulai itu, melati yang terlatih di tebing-tebing Mahakam...

1 Response to "GEMULAI MEMUDAR DI TEBING MAHAKAM"

  1. APA BILAH BERMINAT ANGKA TOGEL JITU DI JAMIN TEMBUS MULIA DARI ANGKA 2D,3D,4D,5D,6D,7D..HBG NO INI 085-256-133-981-MBAH SORE PASTI MEMBANTU

    ReplyDelete