Sejak awal mengetikan kalimat perkalimat untuk tulisan pertama, aku
terus menyalahkan kurikulum. Faktanya memang aku melatar belakangi
cerita ini dari ketidakpuasan atas tuntutan kurikulum yang ibarat momok
bagi guru (opini pribadi), terkhusus kasus daerah 3T (Terisolir,
Terpencil, Terlalu).
Setiap guru dituntut menuntaskan target kurikulum yang dicanangkan tiap semesternya. Di tempat lain, telah menanti di ujung kurikulum itu sebuah bilah yang siap menikam guru dan anak didik, Itulah UN, USBN atau apalah istilahnya saat ini, bentuk evaluasi yang menurut hematku perlu dievaluasi lagi penerapannya (opini lagi kerreh). Bayangkanlah bahwa pendidikan di sebuah kampung serba 3T (#Terisolir_Tertinggal_Terl alu)
harus mengejar target yang sama seperti sekolah di kota yang serba ada
dan ada. Ibarat memacu delman dan ferrari di lintasan aspal yang
sama.Tragis.
Pembelajaran tidak dapat dilakukan dengan cara yang instan. Penguasaan sebuah materi harus dimulai dari tingkat dasar, kemudian bertahap ke tingkat yang lebih kompleks. Bagaimana mungkin seorang anak dapat menguasai materi #persamaan_linear_3_variab el (kelas X SMA) jika belum menguasai dasar #perkalian_dan_pembagian (SD). "Mana ada" kata pak Djuwarno. Sebuah fakta yang mungkin tak hanya terjadi disini.
Seorang guru SMA akan dihadapkan pada dua pilihan sulit, mengajari dasar #perkalian_pembagian terlebih dahulu kepada anak tersebut, atau lansung mengajarkan #persamaan_linear_3_variab el
dengan resiko si anak gagal paham. Bagi seorang guru welas asih, maka
pembelajaran akan dimulai dengan pembahasan #Perkalian_Pembagian secara
perlahan. Tantangan dan resiko tentu pada minimnya alokasi waktu dan
kecilnya peluang pencapaian target kurikulum. Dilain pihak, bagi guru
yang berjiwa tegas, tentunya akan berambisi mencapai target bagaimanapun
caranya. Namun otak siswa bukanlah sebuah hardisk yang bisa diisi
ratusan data megabite sekaligus. Pakar teori skemata mengatakan bahwa
penyerapan materi sejalan dengan tingkat pengetahuan awal siswa terkait
dengan materi tersebut. Jika memaksakan mengajarkan #persamaan_linear.... tersebut, maka hasilnya tidak akan maksimal, bahkan bisa nihil.
Dengan evaluasi akhir yang tentunya harus sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan pemerintah, pada akhirnya gurulah yang akan kembali ujian. Sebuah kelumrahan.
Ini salah siapa.
- Kurikulum yang terlalu berat menuntut?
- Pemerintah yang tidak bijak dan adil dalam pembangunan?
- Dosen dan bangku kuliah yang tidak mengajarkan cara instan menghadapi siswa dengan kasus diatas?
- Siswanya yang lemot?
- Atau aku yang belum kompeten menjalani profesi ini?
Tak mau meyalahkan diri sendiri, "semua itu karena kurikulum dan penentu kebijakan yang terlalu berat menuntut tanpa memperhatikan variable vwxyz" tegas egoisme dalam diri ini.
Setiap guru dituntut menuntaskan target kurikulum yang dicanangkan tiap semesternya. Di tempat lain, telah menanti di ujung kurikulum itu sebuah bilah yang siap menikam guru dan anak didik, Itulah UN, USBN atau apalah istilahnya saat ini, bentuk evaluasi yang menurut hematku perlu dievaluasi lagi penerapannya (opini lagi kerreh). Bayangkanlah bahwa pendidikan di sebuah kampung serba 3T (#Terisolir_Tertinggal_Terl
Pembelajaran tidak dapat dilakukan dengan cara yang instan. Penguasaan sebuah materi harus dimulai dari tingkat dasar, kemudian bertahap ke tingkat yang lebih kompleks. Bagaimana mungkin seorang anak dapat menguasai materi #persamaan_linear_3_variab
Seorang guru SMA akan dihadapkan pada dua pilihan sulit, mengajari dasar #perkalian_pembagian terlebih dahulu kepada anak tersebut, atau lansung mengajarkan #persamaan_linear_3_variab
Dengan evaluasi akhir yang tentunya harus sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan pemerintah, pada akhirnya gurulah yang akan kembali ujian. Sebuah kelumrahan.
Ini salah siapa.
- Kurikulum yang terlalu berat menuntut?
- Pemerintah yang tidak bijak dan adil dalam pembangunan?
- Dosen dan bangku kuliah yang tidak mengajarkan cara instan menghadapi siswa dengan kasus diatas?
- Siswanya yang lemot?
- Atau aku yang belum kompeten menjalani profesi ini?
Tak mau meyalahkan diri sendiri, "semua itu karena kurikulum dan penentu kebijakan yang terlalu berat menuntut tanpa memperhatikan variable vwxyz" tegas egoisme dalam diri ini.
APA BILAH BERMINAT ANGKA TOGEL JITU DI JAMIN TEMBUS MULIA DARI ANGKA 2D,3D,4D,5D,6D,7D..HBG NO INI 085-256-133-981-MBAH SORE PASTI MEMBANTU
ReplyDelete